Sabtu, 16 Februari 2013

2d'Cam : Candisa Julianna Putri (Disa)

Akhirnya niat untuk kupas tuntas tentang sahabat saya yang berikutnya datang juga :) Baiklah mari kita lanjutkan ya, 2d'Cam = Dedew, Dien, Candisa, Ami, Muti. Dien sudah saya posting, berarti kali ini giliran seorang Candisa.

Lahir di Bandung, 5 Juli 1993, anak pertama pasangan Bapak Teddy Purnama dengan Mama Aning (demi apa gw lupa nama aslinya, hehe maap mah, nanti kalo udah inget saya edit ya) memiliki satu orang adik laki-laki bernama Riz Reza Fahrezi Putra yang ruar biasa kotak mukanya (harus ya ini diceritain? haha gapapa deh).

Disa, begitu kami biasa memanggilnya, merupakan seorang sahabat yang bukan hanya seorang Disanya saja yang bisa jadi sahabat kami, tapi orang tuanya pun sudah kami anggap sahabat merangkap orangtua, bahkan adiknya pun sudah seperti adik kami sendiri. Karena rumah Disa yang paling mudah ditempuh dari sekolah maupun tempat main kami, maka rumah inilah satu-satunya basecamp kami.

Tiap kali kami akan berpergian, baik yang diadakan dari sekolah maupun inisiatif kami berlima, kami pasti (numpang) tidur dirumahnya. Itulah sebabnya kami sangat dekat dengan keluarga Disa. Tapi bukan sekedar sering dijadikan 'hotel gratis' yang membuat kami dekat dengan keluarga ini, tapi kehangatan yang mama dan papa Disa berikan pada kami sungguh membuat kami sayang dengan keluarga kecil ini.

Waktu seperti berlarian sangat cepat, sampai tak terasa sudah kelas XII rupanya. Kami, masih saja bersahabat dan masih saja menyayangi keluarga Bp Teddy Purnama. Aku mungkin salah satu yang paling beruntung bisa menjadi bagian yang lebih dekat dengan keluarga ini. Sejak aku kecil, memang tak pernah keluargaku rukun sepanjang hari, pasti saja ada pertengkaran antara orangtuaku. Puncaknya saat aku mulai masuk SMK, bahkan saat-saat paling berat dalam hidupku adalah saat aku kelas XII. Bertubi-tubi pelajaran harus kucerna, entah berapa ujian yang harus aku lalui, dan yang paling final adalah Ujian Nasional (UN).

Kadang aku iri betapa beruntungnya Disa punya orangtua luar biasa, yah, aku hampir iri pada setiap anak dengan orangtua yang sangat peduli pada kebutuhan anaknya. Keadaan dirumahku sungguh sangat tidak nyaman untuk kutinggali saat itu, terlebih harus mempersiapkan mental menghadapi UN. Kuputuskan untuk 'hijrah' sementara kerumah Disa, aku tau hanya rumah Disa beserta seluruh penghuninyalah yang pasti mau menerima aku untuk tinggal disitu sementara. Beberapa hari sebelum UN aku sudah meminta Disa bertanya pada orangtuanya apakah aku boleh tinggal dirumahnya selama UN, dan ternyata memang mereka mengijinkan aku tinggal disitu.

Sore sepulang sekolah aku mengemasi barang-barang yang akan aku bawa untuk perpindahan sementara itu. Tidak lebih dari 20 menit aku ada dirumah, aku langsung minta papaku mengantarku ke stasiun untuk kembali ke Bandung (kodya, karena rumahku di Rancaekek, daerah Bandung Timur). Ekspresi kaget ditunjukan oleh kedua orangtuaku, ya, aku memang sama sekali tidak meminta ijin pada mereka. Saat mereka bertanyapun hanya kujawab seperlunya, karena kalau aku menjelaskan semuanya pasti aku menangis.

Sesampainya dirumah Disa, orangtuanya menyambut aku, rasanya ingin kuceritakan secara rinci pada mereka apa yang aku rasakan, ingin rasanya aku menangis dipelukan mama keduaku, mama Aning. Tapi entah kenapa, aku seperti tidak pernah bisa menjadi sosok lemah ketika bertemu orang-orang diluar rumahku. Tidak pernah bisa aku menangis meskipun ingin sekali rasanya aku menangis.

Hari pertama aku menjadi 'anak angkat' dirumah sederhana ini, beruntung aku mengenal Disa dengan keluarganya yang luar biasa. Pagi itu pukul 04.00 kudengar papa Disa sudah ada di dapur, ternyata ia sedang memanaskan air untuk anak-anaknya mandi, termasuk aku ! Ingin sekali aku peluk mereka, orangtua kedua yang luar biasa sayang tidak hanya pada kedua anaknya, tapi juga padaku. Sebelum aku dan Disa berangkat ke sekolahpun mamanya mengingatkan kami untuk sarapan, lagi-lagi, sarapan untukku sudah tersedia. Meskipun hanya nasi goreng sederhana tapi rasanya nikmat sekali karena tidak pernah aku mendapat perlakuan seistimewa ini bahkan dirumahku sendiri.

Hari demi hari semasa UN pun berlalu, aku menikmati saat-saat nyaman dirumah favoritku dan 3 sahabatku yang lain (Disa tidak perlu dihitung karena dia yang punya). Tak pernah terpikir bagiku untuk main sebelum kembali kerumah itu, tidak seperti aku tinggal dirumahku, malas sekali menginjakan kaki disana. Satu hari pernah kami habiskan dengan bercanda gila dengan Dien, menyenangkan sekali punya sahabat yang peduli dengan keadaanku :)

Berat rasanya ketika UN sudah usai, harus kutinggalkan rumah dengan sejuta kenyamaan yang selama 5 hari terakhir kutinggali. Terlebih ketika menghadapi kenyataan harus kembali kerumah dengan tekanan-tekanan yang seringkali menyiksa batinku. Tapi inilah kenyataannya, harus kembali kesana.

Disa memang bukan sosok yang luar biasa yang bisa kami bangga-banggakan karena kelebihannya, bukan juga seorang gadis remaja kaya raya yang bisa menraktir kami saat kami ingin jajan, ia hanya seorang gadis remaja biasa yang memberi warna dalam hidup kami berempat, dan membuka gerbang untuk kami memiliki orangtua kedua yang memberi kasih sayangnya secara tulus pada anak-anaknya, pada kami, khususnya aku.

I love you Candisa Julianna Putri, Pa Teddy, Mama Aning dan Riz :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar