Selasa, 04 Juni 2013

Cerita Sahabat Bayangan

Aku punya sahabat bayangan. Tak perlulah ku sebutkan namanya. Aku hanya ingin berbagi ceritanya.

Kemarin malam ia datang dan bercerita. Rautnya tak seceria biasanya, kelucuan yang biasanya ia timbulkan juga terasa terkunci entah dimana. Aku hanya mampu bertanya padanya, "Kamu kenapa? Kamu nampak jauh dari kamu yang biasanya." lalu ia mulai tertunduk lemah. Kemudian bercerita.

"Kamu tau kan pacarku?" Tanyanya padaku, aku hanya mengangguk. Ekspresinya kembali lesu, menarik nafas dan melanjutkan ceritanya. "Aku sedang kecewa padanya." terangnya singkat. Aku hanya diam membiarkan ceritanya mengalir. Ia dan pacarnya sudah hampir 4 tahun menjalin hubungan. Aku tau, ada banyak sekali hal yang (nampaknya) mampu mengasah hubungan mereka menjadi semakin kokoh semakin hari. Aku tak pernah membayangankan akan ada akhir diantara hubungan mereka. Selama ini mereka nampak begitu solid dan saling melengkapi.

Namun, malam kemarin, aku cukup tercengang dengan ceritanya. Hubungannya sedang dipertaruhkan. Ia dan pacarnya sama-sama selingkuh ! Ia bilang, sejauh ini baru ia yang tau bahwa pacarnya --calon suami lebih tepat rasanya, karena mereka berdua telah bertunangan-- memiliki perempuan lain yang ia cintai. Hubungannya dengan lelaki lain belum diketahui calon suaminya.

Aku hanya diam kehilangan kata-kata mendengar apa yang terjadi dalam hidup sahabatku ini. Ia bilang, ia sangat sayang keduanya, sayang calon suaminya itu dan sayang pacarnya (kita sebut ini sajalah ya untuk lelaki lain yg sahabatku cintai ini). Aku tak tau harus berkomentar apa. Ia bilang, sudah sejak lama ia punya feeling lain tentang calon suaminya itu, sampai takdir mempertemukan ia dengan pacarnya, membuat segalanya mengalir begitu saja dan perlahan kehilangan rasa sayang pada calon suaminya.

Aku menyaksikan jelas bagaimana ia merangkai mimpi-mimpi tentang masa depan bersama calon suaminya itu, betapa dulu ia sangat sayang pada calon suaminya. Sekarang, aku lihat raut-raut itu mulai pudar dari wajahnya. Memang begitu yang ia bilang, ia kehilangan keyakinan akan rencana-rencana masa depan yang ia sudah rangkai. Ia juga bilang, pacarnya sangat hebat, laki-laki itu hatinya sungguh kuat, mampu tetap membuka mata melihat kenyataan bahwa sahabatku ini sudah punya calon suami namun rasa sayang yang ia berikan tak pernah berkurang, bahkan ketika sahabatku kecewa seperti sekarang ini, lelaki itu tetap memberinya dukungan dan berjanji terus memegangi tangan sahabatku ini.

Ahh, ini semacam rubiks, sisi satu dengan yang lainnya merekat begitu kuat, namun dapat dengan mudah dibuat tak beraturan. Butuh waktu dan usaha untuk memperbaiki semuanya. Aku seperti belajar hal besar dari kisah sahabatku ini, sikap baik itu tak akan selamanya bertahan. Waktu kebersamaan yang begitu lamapun tak dapat menjadi jaminan segalanya akan berlangsung baik-baik saja. Rasanya aku mulai takut menaruh hati sepenuhnya pada orang lain sekalipun yang sangat aku sayangi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar